Cerita-Cerita Fabel Aesop
Cerita-Cerita Fabel Aesop
Judul Buku : Aesop di Negeri Fabel
Penulis : Andrew Bailey
Alih Bahasa : Imam Risdiyanto
Penerbit : Liliput, Yogyakarta, 2004
Tebal Buku : 80 Halaman
Bagaimana awal kemunculan cerita
fabel—cerita yang melibatkan binatang sebagai tokohnya? Dari kisah-kisah Aesop inilah
yang dianggap orang banyak sebagai awal mula cerita fabel. Lalu, siapakah
Aesop?
Konon, dahulu kala pada abad VI
hiduplah seorang bernama Aesop. Dia adalah seorang pahlawan rakyat Yunani.
Sebab, dari cerita-cerita fabelnya, Aesop memperlihatkan kebijaksanaan dan
kebodohan manusia, dan member pelajaran dalam bentuk moral. Dikisahkan Aesop
memiliki reputasi besar sebagai pendongeng cerita binatang (fabel).
Tak banyak yang diketahui tentang
kehidupan Aesop. Diyakini Aesop lahir di Thrace, Yunani, sebagai seorang budak.
Sebagai seorang budak, Aesop sangat disukai oleh tuannya karena kebijaksanaan
yang ditunjukkan oleh Aesop. Karena itulah sang tuan kemudian memberi hadiah
kepada Aesop berupa kemerdekaan/kebebasan.
Sesuai tradisi yang berlaku, untuk
sementara waktu Aesop tinggal sebagai budak di Pulau Samos sampai tiba
kebebasannya. Setelah benar-benar bebas, kemudian dia berpetualang. Akan
tetapi, sayangnya dia akhirnya terbunuh ketika mengunjungi Delphi.
Tak ada catatan bahwa Aesop
pernah menuliskan fabel-fabelnya atau mempublikasikannya. Fabel-fabel Aesop
sebenarnya tidak dimaksudkan untuk sekadar penghibur anak-anak. Lebih dari itu,
dengan fabel, dia menceritakan pelajaran moral kepada orang dewasa, yang kemudian
menceritakannya kembali kepada yang lain.
Tidak sampai 200 tahun setelah
kematiannya, tulisan yang berisi karya-karya fabelnya muncul. Fabel-fabel Aesop
kemudian menjadi inspirasi bagi karya-karya Jean de La Fontaine, seorang
penulis abad XVII asal Prancis. Semenjak itu, fabel-fabel Aesop telah
diterjemahkan ke dalam hampir setiap bahasa di dunia.
Adapun di dalam buku ini, Andrew
Bailey menuliskan kembali kisah-kisah fabel Aesop ke dalam bentuk cerita yang
menarik tentang perjalanan Aesop di Negeri Fabel (Aesop in Fableland).
Cerita bermula ketika pada suatu
hari Aesop sedang berjalan-jalan menelusuri hutan di dekat rumahnya. Tanpa
disadari ia telah mengejutkan seekor rusa. Binatang itu kemudian berlari
menjauh dan Aesop mengikutinya sekadar untuk bersenang-senang. Mereka terus
berkejaran hingga semakin jauh masuk ke dalam hutan.
Akhirnya Aesop tidak sanggup
berlari. Rusa telah menghilang. Dan Aesop baru menyadari bahwa ia telah masuk
ke dalam hutan yang belum pernah didatanginya. Ia pun memandang ke sekeliling,
mencoba mendinginkan kakinya yang sakit dengan mencelupkan kakinya ke dalam
danau yang dilihatnya, hingga ia merasa matanya mlai mengatup. Dia merasa
tertidur dan sekaligus terjaga. Sedetik kemudian, ia merasa seolah-olah ada
tangan raksasa yang melemparnya ke udara dengan kecepatan luar biasa. Aesop pun
tersesat di Negeri Fabel! Negeri yang belum pernah didatanginya, tidak
diketahui dimana persisnya negeri itu berada, negeri yang seperti mimpi.
Di Negeri Fabel, yang pertama
kali ditemui oleh Aesop adalah seorang lelaki tua; lelaki dengan roman muka ramah
sekaligus marah tak bisa dibedakan; lelaki yang kelihatannya lebih tua daripada
kakeknya; lelaki yang seolah-olah tahu segala hal di dunia ini; lelaki tua yang
memberikan penjelasan kepada Aesop bahwa Negeri Fabel adalah sebuah negeri
ajaib tempat tinggal para Dewa Yunani semenjak sejarah dimulai! Dan di Negeri
inilah para dewa belajar tentang kebenaran dan kebijaksanaan.
“Bila orang-orang datang ke sini
untuk belajar, di mana sekolahnya?” tanya Aesop, “aku tidak melihat satu sekolah
pun!”
Lelaki tua terbahak keras. “Kamu
tidak perlu duduk di dalam kelas untuk belajar tentang hidup, tahu,” jelas
lelaki tua. “Kamu akan segera paham maksudku.”
Setelah percakapan itu, mereka
pun berjalan ke arah pegunungan di kejauhan. Dan Aesop pun mulai menerima
pelajaran-pelajaran hidup dari lelaki tua. Pelajaran pertama yang didapatkan
Aesop adalah pelajara tentang “Bujukan yang seringkali lebih kuat daripada
paksaan” melalui perlombaan antara angin dan matahari untuk melepas mantel yang
dikenakan Aesop. “Paksaan” angin yang sangat ribut bertiup kencang untuk
melepas mantel Aesop ternyata tidak berhasil. “Paksaan” angin kalah telak oleh “bujukan”
matahari yang secara perlahan menyinari badan Aesop sehingga ia merasa gerah
dan pada akhirnya dengan “sukarela/tanpa paksaan” melepas mantelnya.
Dari pelajaran pertama itu, Aesop
mulai memahami negeri Negeri Fabel dan ingin terus melanjutkan perjalanannya.
Aesop rupanya tidak sabar untuk segera mengalami kejadian-kejadian mengejutkan
lainnya sebagai pelajaran. Ia pun kemudian mendapatkan pelajaran tentang “Tidak
selalu yang tercepat, yang terkuat, atau terbesarlah yang akan menang, tetapi
dengan perlahan dan terus-menerus seringkali bisa memenangkan balapan.”
Pelajaran tersebut dia dapatkan dari perlombaan balapan antara kelinci dan
kura-kura yang ternyata dimenangkan oleh kura-kura.
Masih banyak lagi
pelajaran-pelajaran lainnya yang didapatkan Aesop dalam perjalanannya dengan
lelaki tua. Di dalam buku ini dibagi menjadi 10 (sepuluh) bagian yang sangat
menyenangkan untuk kita baca dan resapi maknanya.
Cerita di dalam buku ini disudahi
dengan perpisahan mengharukan antara lelaki tua dengan Aesop di mana tempat
pertama kali Aesop masuk ke Negeri Fabel. Aesop merasa sedih, gembira, juga
takut pada waktu yang bersamaan. Dia tidak sanggup menerka-nerka apa yang akan
terjadi kemudian setelah perpisahannya dengan lelaki tua. Hingga pada akhirnya
lelaki tua perlahan menghilang, seolah larut ke dalam udara.
Aesop sendiri kemudian merasakan
dirinya melayang di udara dengan kecepatan tinggi hingga semua tampak kabur.
Ketika semuanya kembali tenang, Aesop telah menemukan dirinya tak lagi di Negeri
Fabel, tetapi di balik rimbun pohon di hutan dekat tempat tinggalnya. Aesop
masih sukar memahami apa yang baru saja ia alami dan rasakan: seperti mimpi
yang aneh! Tetapi ketika dia merogoh kantongnya, terdapat segumpal emas yang
berkilat! Emas yang didapatkannya pada pelajaran terakhir dari lelaki tua!
Aesop berpikir, bila ia menceritakannya kepada orang-orang, siapa yang akan
percaya? Oleh sebab itu, Aesop kemudian memutuskan untuk menuliskan segala
sesuatu yang telah terjadi pada dirinya itu selayaknya sebuah kisah fiktif karangannya.
Aesop berpikir untuk menulis
sebuah buku dan menyebutnya “Cerita-Cerita Fabel Aesop. []