Taman Impian, Karya Lintang Ayu Maitri
Rasanya baru kemarin aku mengajar mereka. Tahun ini, anak-anak itu sudah
lulus. Sedih tetapi juga sekaligus gembira. Dan kini aku merasa
beruntung. Setidaknya aku masih menyimpan beberapa dari karya-karya
mereka. Pelan-pelan, kuketik ulang cerita pendek mereka.
Mereka adalah Lintang Ayu Maitri, Rucita S. Cahyani, Nabila Kanaya
Putri, dan Yohana Emanuella. Semoga kalian berhasil di kehidupan ini,
Nak. :)
Taman Impian
Oleh Lintang Ayu Maitri*
Lampu-lampu kecil, jalan setapak, rumput hijau yang
menyejukkan. Siapa yang tidak suka dengan gambaran seperti itu? Tentu saja
semua suka. Itulah mimpi Ashilla, dia tidak ingin terbangun dari mimpinya, dia
ingin selamanya berada di sana, di mimpi indahnya.
Akan tetapi, alarm Ashilla baru saja berbunyi.
Kriiing… kriiing…
Ashilla pun terbangun dari mimpinya.
“Aaah… menjengkelkan! Aku kan sedang mimpi indah! Ah,
pasti aku terbangun karena alarm ini!” teriak Ashilla. Karena jengkel, Ashilla
melempar jam yang menjadi alarmnya itu.
Prang!
Ibu yang mendengar pecahan benda langsung berlari dan
mencari sumber suara itu. Teryata itu berasal dari kamar Ashilla. Dan ketika
ibu memasuki kamar Ashilla….
“Ya ampun, Ashilla! Kenapa kamu melempar jam kamu? Kalau
kamu tidak suka, bilang saja sama ibu, tidak usah merusak barang!” kata ibu.
Ashilla sangat jengkel saat ibu mengomelinya. Dia paling
tidak suka kalau ibu ngomel-ngomel seperti itu. Itulah Ashilla yang manja,
pemarah, dan percayalah, Ashilla tidak pernah menghargai makna suatu barang.
Saat Ashilla berada di sekolah, Ashilla terus melamunkan
mimpinya, yaitu Taman Impian. Mimpi itu tidak pernah hilang dari pikirannya,
seolah Taman Impian sudah melekat benar di hidupnya. Sampai-sampai saat
pelajaran, Ashilla tidak mendengarkan penjelasan guru melainkan melamunkan
Taman Impian. Dari bel masuk sekolah hingga bel pulang sekolah, Ashilla selalu
melamun di dalam kelas.
Malam hari telah tiba, waktunya Ashilla untuk tidur.
Ashilla berharap bahwa dia bisa pergi ke Taman Impian lagi. Dia menutup matanya
dan langsung terlelap. Dan ternyata benar, dalam sekejap, Ashilla sudah tiba di
Taman Impian. Perjalanan mimpi Ashilla sudah dimulai.
Di Taman Impian semua keinginanmu akan terwujud. Ashilla
berkata, “Aku ingin sebuah kereta kuda yang dilapisi berlian untuk
jalan-jalan!” Dalam sekejap, muncul sebuah kereta kuda dilapisi berlian, sesuai
permintaan Ashilla. Dia menaiki kereta itu lalu berjalan-jalan menyusuri Taman
Impian.
Pemandangan indah Taman Impian tidak bisa diragukan
lagi. Sungainya begitu jernih dan di dalam sungai itu banyak kerikil-kerikil
kecil yang berwarna-warni. Dengan adanya semua itu, Ashilla menjadi semakin
betah di sana. Sungguh mengasyikkan sekali!
Paginya, Ashilla bangun dan ternyata sudah jam 06.30.
Padahal Ashilla harus masuk pukul 07.00.
“Oh, tidak! Setengah jam lagi!” teriak Ashilla.
Dia langsung mandi lalu sarapan. Pada saat sarapan
Ashilla menyalahkan ibu karena tidak membangunkannya tadi pagi. Ashilla pikir
itu sudah tugas ibu membangunkannya pagi itu.
“Kenapa Ibu tidak membangunkanku tadi pagi? Seandainya
saja Ibu membangunkanku, aku tidak akan terlambat, bukan?” kata Ashilla.
Ibu yang merasa disalahkan, membenarkan jika itu salah
Ashilla sendiri, siapa yang menyuruhnya untuk melempar jamnya? Tidak ada,
bukan?
Ashilla merasa dirugikan. Dia tidak ingin dirinya
disalahkan. Lama-kelamaan Ashilla bosan memikirkannya. Akhirnya dia melupakan
kejadian tadi pagi. Dan sama saja seperti kemarin, Taman Impian terus
dilamunkannya sampai-sampai teman-teman dan para guru heran kenapa Ashilla
melamun terus.
Saat Ashilla pulang, Ashilla dipanggil Ibu ke ruang
keluarga. Di rumah itu hanya ada Ashilla dan ibunya.
“Ashilla, kamu itu kenapa sih? Barusan saja Ibu ditelpon
oleh gurumu, katanya kamu suka melamun di kelas,” tanya ibu.
Ashilla tidak menjawab, melainkan pergi menuju kamarnya.
Ibu merasa diabaikan. Ibu menyusul Ashilla ke kamarnya.
“Kalau ada masalah, cerita sama ibu. Ibu bisa menjaga rahasia kok!” pinta ibu.
“Begini, Bu. Kemarin lusa aku bermimpi tentang Taman
Impian. Taman itu indah sekali, Bu! Jika aku ingin sesuatu, pasti akan langsung
terwujud dan jadi nyata!”
Lalu Ashilla bercerita bahwa ia melempar alarmnya karena
dia jengkel lantaran dia terbangun dari mimpinya. Dan di sekolah ia selalu
melamunkan Taman Impian karena itu indah sekali. Ibu memahami semua perasaan
Ashilla, dan semua hal tentang Taman Impian telah berdampak buruk pada diri
Ashilla.
“Ashilla sayang, kamu boleh saja memimpikan Taman
Impian. Tapi tolong, jangan dibawa ke jadwal rutinitasmu yaa!” kata ibu.
Ashilla pun menyadari bahwa mimpi itu benar-benar
berdampak buruk baginya. Dia tidak akan mengulangi lagi semua itu. Tetapi,
Ashilla akan tetap mengenan Taman Impiannya itu.[]
*) Lintang Ayu Maitri, siswi
kelas 5B SD Lab. School Unnes.
Tinggal di Jln. Menoreh Tengah III no. 28 Semarang.
Baca juga cerpen karya Nabila Kanaya Putri => "Arti Sahabat"
Baca juga cerpen karya Rucita S. Cahyani => "Es Teh di Kantin Sekolahku"
Baca juga cerpen karya Yohana Imanuella => "Peri Candra"
Baca juga cerpen karya Nabila Kanaya Putri => "Arti Sahabat"
Baca juga cerpen karya Rucita S. Cahyani => "Es Teh di Kantin Sekolahku"
Baca juga cerpen karya Yohana Imanuella => "Peri Candra"