MENANAM POHON HARAPAN
Hari ini hari Minggu. Pagi-pagi sekali Didi sudah mandi dan berpakaian rapi. Hari itu anak-anak SD Merah Putih akan menanam pohon di Desa Kalibening, Magelang. Desa Kalibening termasuk salah satu desa yang terkena erupsi – lahar Gunung Merapi.
Sebelumnya Desa
Kalibening merupakan desa yang indah. Ia berada di lereng Gunung Merapi. Namun,
setelah Gunung Merapi meletus, desa itu menjadi gersang. Banyak pohon yang
terbakar dan mati.
Didi berangkat
ke sekolah dengan membawa lima bibit pohon. Di sekolah, teman-teman Didi sudah
berkumpul. Sama dengan Didi, teman-teman Didi juga membawa beberapa bibit pohon
untuk ditanam di Desa Kalibening. Tidak lupa, mereka juga membawa cangkul kecil
dan peralatan lainnya.
Pak Among,
Kepala SD Merah Putih juga telah datang. Sebelum berangkat ke Desa Kalibening,
mereka berkumpul dan mendapat pengarahan dari Pak Among. “Anak-anak, kita perlu
melakukan reboisasi di Desa Kalibening. Reboisasi artinya penghijauan kembali
tanah yang gundul dan gersang,” kata Pak Among.
Tak lama
kemudian, truk yang akan mengantarkan rombongan SD Merah Putih telah datang.
Sebelum naik ke truk Pak Among kembali memimpin rombongan untuk berdoa. Mereka
berdoa agar kegiatan hari itu berjalan lancar. Rombongan SD Merah Putih
berangkat menggunakan dua truk.
Sampai di sana,
rombongan disambut oleh warga. Rupanya warga di sana juga sedang melakukan
kerja bakti memperbaiki jembatan. Jembatan itu rusak karena diterjang lahar
dingin.
Rombongan SD
Merah Putih dipandu oleh Kepala Desa menuju lokasi penanaman pohon. “Mengapa
kita perlu menaman pohon di sini, Pak?” tanya Rendra, murid kelas 3. “Pohon
akan menyerap air ke dalam tanah sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
Selain itu, hawa akan terasa sejuk karena pada siang hari pohon menyerap gas
karbondioksida (CO2) dan mengeluarkan oksigen (O2) yang kita hirup,” jelas Pak
Among. “Oleh sebab, itu mari kita segera menanam pohon.”
Anak-anak SD
Merah Putih segera mengambil bibit pohon yang mereka bawa. Dengan bersemangat
mereka mengolah tanah dengan cangkul kecil. Ada juga yang menggunakan sekop.
Mereka menanam pohon dengan gembira. Seolah-olah mereka tidak mengenal lelah.
Di sela-sela
menanam pohon, Didi bertanya kepada Pak Among, “Jika pohon-pohon yang kita
tanam telah tumbuh besar, apakah kehidupan akan menjadi lebih baik?” Sambil
tersenyum Pak Among menjawab, “Ya, betul sekali, Didi.” “Berarti kita telah
menanam ‘pohon harapan’, Pak Among?” sahut Didi juga dengan tersenyum. Pak
Among dan Didi tertawa bersama diikuti oleh siswa Merah Putih lainnya.
Tak terasa bibit
pohon yang mereka bawa semuanya telah selesai ditanam. Mereka tinggal menunggu
pohon-pohon yang mereka tanam tumbuh besar, seperti harapan mereka kepada
kehidupan yang lebih baik lagi.
Pak Kepala Desa
sangat berterima kasih kepada rombongan SD Merah Putih. Ia melambaikan tangan
ketika truk rombongan SD Merah Putih mulai bergerak pulang. Pak Kepala Desa
sangat bahagia hari itu. Begitu pula anak-anak SD Merah Putih. Mereka sangat
bahagia telah melakukan kebaikan, menanam benih harapan, benih kebaikan. []
Baca Juga Cerita Anak Lainnya:
1) Menanggulangi Polusi Udara
2) Sungai, Tong Sampah Raksasa
3) Waserba itu Bernama Apotek Hidup
Baca Juga Cerita Anak Lainnya:
1) Menanggulangi Polusi Udara
2) Sungai, Tong Sampah Raksasa
3) Waserba itu Bernama Apotek Hidup