Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain Peran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Bermain Peran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
bermain peran adalah lafal, intonasi, ekspresi, penghayatan, dan gerak tubuh yang sesuai dengan watak tokoh
yang diperankan.
Seperti yang dijelaskan oleh Wiyanto
(2007:68) bahwa calon aktor mencoba bermain drama. Drama yang dimainkan tentu
dipilih naskah yang sederhana dan tidak panjang. Calon aktor melafalkan dialog
tokoh yang perankan dan membayangkan akting yang akan dilakukannya. Dari mana
dia muncul, bergerak ke mana, dialog apa yang diucapkan, bagaimana mengucapkan
(pelan atau keras), bagaimana ekspresi wajah dan gerakan anggota tubuh, semua
dibayangkan.
Rendra (1982:86) menyatakan bahwa dalam berdeklamasi,
berkisah, dan berpidato secara teknis ada tiga hal yang penting untuk diingat
yaitu, teknik suara, sikap jasmani (seluruh tubuh dan anggota badan), dan cara
penyampaian. Jadi berdeklamasi, berkisah, dan berpidato pada hakikatnya adalah
cara menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada hadirin
dengan lisan, dan hadir di hadapan penonton sehingga sikap jasmani dan teknik
suara sesuatu yang penting untuk dihadirkan dengan penyampaian yang menarik
pula.
Selain Rendra, Purwanto (1968:159) juga berpendapat
mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermaian peran. Menurut
Purwanto, pemain harus dapat merasakan perasaan yang terkandung dalam suatu
pengucapan dan mengucapkannya sesuai dengan perasaan yang mendorongnya. Supaya
penonton dapat mengikuti dan merasakan percakapan yang sedang berlangsung di
panggung, maka haruslah pemain memperlihatkan modulasi dan intonasi yang jelas
dan irama yang hidup. Konsonan dan vokal hendaknya jelas artikulasinya,
pernapasan dan penggunaan alat bicaranya hendaklah diatur sebaik-baiknya.
Dalam hal yang sama, Harymawan (1988:45) berpendapat
bahwa ada tiga bahan bagi aktor untuk menggambarkan apa yang telah ditentukan
penulis lewat tubuh dan wataknya yaitu, (1) mimik : pernyataan atau perubahan
muka, mata, mulut, bibir, hidung, dan kening, (2) plastik: cara bersikap dan
gerakan-gerakan anggota tubuh, (3) diksi: cara penggunaan suara atau ucapan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa aspek yang harus diperhatikan pemeran dalam bermain peran
adalah vokal, intonasi, ekspresi, dan gerak tubuh.
Vokal
Vokal dalam KBBI (2007:858) adalah yang berhubungan
dengan suara. Bagi pemeran teknik pengucapan jelas mempunyai tempat yang sangat
penting di dalam pekerjaannya, karena suaralah yang akan menyampaikan ucapan
dalam naskah drama yang diperankannya.
Menurut Wiyanto (2002:60)
vokal adalah suara dari mulut yang membunyikan kata-kata yang dirakit menjadi
kalimat-kalimat untuk mengutarakan perasaan dan pikiran.
Sebagai seorang pemeran
hendaknya memiliki kemampuan untuk mengolah vokal agar lafal yang dihasilkan menjadi
baik, jelas, dan mudah untuk dipahami. Seorang pemeran harus mempunyai vokal
yang kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas. Seorang pemeran perlu membaca
puisi dengan suara lantang di depan teman-temannya. Manfaatnya, untuk melatih
vokal supaya terbiasa melakukan perubahan nada suara sebagai akibat adanya
perubahan perasaan dalam berbagai
situasai.
Intonasi
Intonasi menurut Raharjo (1986:86) adalah nada suara
dalam pengucapan dialog. Setiap tokoh pada dasarnya memiliki intonasi masing-masing.
Perbedaan intonasi yang mudah dikenali misalnya, intonasi perempuan dan
laki-laki atau anak-anak dengan orang tua.
Sebagai seorang pemeran memiliki kewajiban menemukan
intonasi yang tepat dari tokoh yang diperankannya. Apakah tokoh itu perempuan,
laki-laki, anak-anak, pemuda atau orang tua. Selain itu, perubahan emosi pada
dialog tokoh juga menuntut intonasi yang berbeda misalnya, emosi marah, sedih,
menyindir, meratap dan lain-lain.
Intonasi penting dikuasai oleh setiap pemeran, karena
tidak jarang dialog menjadi janggal dan salah arah disebabkan pegucapan
intonasinya tidak tepat. Mengucapkan intonasi yang berbeda dapat merubah arti
kata atau kalimat, misalnya kata “panas” atau “dingin” bila diucapkan dengan
intonasi yang berbeda-beda akan mengandung arti dan tujuan yang berbeda-beda
pula.
Mimik
Mimik dalam KBBI (2007:744)
berarti peniruan dengan gerak-gerik anggota badan dan raut muka. Dalam hal
ini siswa harus menunjukkan mimik muka yang sesuai dengan tuntutan peran yang
terdapat dalam naskah drama.
Ekspresi disebut juga mimik
yaitu seorang pemeran drama menggunakan wajahnya untuk memerankan karakter
tertentu. Organ yang ada pada wajah digunakan untuk memperkuat karakter. Organ
tersebut seperti mata, hidung, alis, mulut dan lainnya. Misalnya, saat
memerankan orang yang marah, maka mata dibuka lebar-lebar atau melotot.
Ekspresi yang ditampilkan pemeran haruslah yang wajar dan
tidak dibuat-buat. Untuk dapat mengekspresikan karakter tokoh dengan wajar dan
tidak dibuat-buat, seorang pemeran harus menghayati peran yang diperankan
dengan cara menelaah
peran yang dimainkan kemudian dicamkan benar-benar di alam khayal seorang pemeran agar dapat maksimal dalam menghayatinya.
Menurut Raharjo (1986:79) Ada beberapa cara untuk
menghayati tokoh yang diperankan yaitu, (1) dengan cara mengumpulkan
keterangan-keterangan mengenai peran yang akan dibawakan, (2) meneliti peran
yang dibawakan, (3) menguraikan peran yang dibawakan, dan (4) menyimpulkannya.
Gerak Tubuh
Bila seorang penjahit bekerja menghasilkan baju, maka
seorang pemeran menghasilkan gerak di panggung. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa segala perbuatan pemeran di panggung termasuk gerak-geriknya, merupakan
hasil kerjanya. Pemeran harus mempelajari dan melatih secara berulang-ulang
semua gerakan yang sesuai dengan tokoh yang diperankan. Misalnya, makan dengan
tangan tanpa sendok dan garpu, duduk santai sambil mengobrol, membaca surat,
dan lain-lain.
Penghayatan seperti ini harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh supaya pemeran dapat melakukannya dengan sempurna seperti yang
dikehendaki naskah. Sebab, kalau sudah dipraktikkan di panggung tidak dapat
diulang atau diperbaiki.
Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh
pemeran adalah (a) gerakan yang dilakukan harus ada maksud dan tujuan, (b)
gerakan harus menarik, (c) gerakan dilakukan secara berurutan, (d) gerakan
hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerakan mundur atau menyamping,
kecuali ada alasan tertentu, dan (e) gerakan yang cepar menunjukkan adanya
sesuatu yang penting. Sebaliknya, gerakan yang lambat menunjukkan kesedihan,
keputusasaan, atau kekhidmatan (Wiyanto 2002:68).
Baca Juga : Teknik Tutor Sebaya dalam Pembelajaran
Baca Juga : Teknik Tutor Sebaya dalam Pembelajaran