Kaya Dengan Memberi
Mayoritas orang akan merasa senang saat menerima pemberian/ hadiah. Namun, sebagian orang yang lain, mereka akan merasa bahagia saat bisa memberi sesuatu kepada orang lain. Bagi orang tipe ke dua ini, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Memberi merupakan sifat yang mulia. Banyak sekali keutamaan memberi, di antaranya, dari tujuh golongan yang akan mendapat naungan dimana tidak ada naungan selain naungan Allah pada hari mahsyar, adalah orang yang memberi dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya tidak mengetahui. Orang yang suka memberi juga akan dilimpahkan kepadanya keberkahan dari hartanya, suka memberi akan menambah rezeki. Keutamaan lain, orang yang senang memberi, insyaallah kebutuhannya akan dicukupi oleh Allah swt pada suatu saat ketika ia sedang dalam keadaan tidak memiliki apa-apa.
Memberi dapat Mengatasi Masalah Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia tak mungkin dapat hidup atau memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian. Pasti ia membutuhkan bantuan orang lain. Maka, sifat suka memberi menjadi sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Andai setiap orang yang hidup dalam komunitas bernama masyarakat itu memiliki sifat suka memberi, masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat itu akan dapat terselesaikan lebih cepat, ringan, dan mudah.
Kita tahu, kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat, yang selanjutnya akan mengarah kepada kesenjangan sosial yang semakin melebar antara si kaya dan si miskin. Dua hal itu pula yang sering menyebabkan timbulnya problematika sosial mulai dari rendahnya tingkat pendidikan hingga persoalan kriminalitas yang semakin meninggi. Hal ini dapat dipahami, meski bukan sesuatu yang mutlak benar, kemiskinan dan kebodohan seringkali menyebabkan seseorang berpikir pendek yang akhirnya menggiring mereka untuk mengambil jalan pintas dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Dan lagi, kefakiran (kemiskinan) sangat dekat dengan kekufuran.
Dengan adanya orang yang memiliki sifat suka memberi, problem kemiskinan sekaligus pengangguran akan teratasi. Seorang ulama mengatakan, kemiskinan sebenarnya dapat dengan mudah teratasi andai zakat benar-benar ditegakkan. Persoalannya, banyak orang-orang kaya yang notabene muslim tetapi tak memahami soal zakat secara baik. Lagipula, kadang orang kaya masih saja merasa enggan dan berat untuk mengeluarkan zakat, sebab jumlah zakat yang harus dikeluarkan ternyata cukup besar. Padahal, besaran harta yang harus dikeluarkan berbanding lurus dengan jumlah harta yang dimiliki.
Memang, untuk mengatasi masalah kemiskinan, pemberian bantuan dana cash/ tunai tak selalu berefek baik. Sebab, pemberian semacam itu bisa saja menimbulkan sifat kemalasan dan ketergantungan yang tinggi pada si penerima. Maka, jika pemberian itu berupa uang tunai, sebaiknya dipergunakan model pinjaman dan pengembangan, misalnya untuk digunakan sebagai modal usaha. Sedangkan pemberian bantuan yang bukan berupa uang tunai, misalnya dengan pemberian pekerjaan atau alat-alat usaha. Secara sederhana dapat dikatakan, berikanlah kail bukan hasil. Model “memberi” seperti inilah yang dirasa paling pas untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Tidak Merendahkan saat Memberi
Suatu penyakit yang kerap menjangkiti seorang pemberi adalah suka memandang remeh/ rendah kepada orang yang telah diberinya. Hal ini mungkin saja ditimbulkan dari pandangan yang keliru atau kurang tepat terhadap kalimat “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Dengan kalimat tersebut, ia kemudian menganggap dirinya sebagai pemberi lebih mulia daripada orang yang diberi, bahwa ia berada pada beberapa tingkat yang lebih tinggi.
Penyakit ini juga pernah mendera Ki Ageng Pandanaran pada masa jahiliyah-nya. Pada saat itu ia bisa dengan mudah mendapatkan apa pun yang ia mau. Ia juga merasa bisa menyuruh seseorang dengan hartanya untuk menuruti keinginannya. Dengan kemudahan-kemudahan itu, ia kemudian merasa bahwa dirinya sangat berkuasa, kaya, dan mulia. Ia menjadi sangat sombong. Maka, ia sangatlah marah dan tersinggung saat mendapati seorang lelaki pencari rumput bercaping lebar diam-diam selalu menyelipkan keping emas sebagai upahnya di sela-sela ikatan rumput. Ia merasa dihina oleh pencari rumput yang dianggapnya sombong itu karena menolak upah pemberiannya. Namun, akhirnya ia insyaf ketika lelaki pencari rumput itu ternyata bisa menciptakan keping-keping emas. Hanya dengan sekali cangkul saja, tanah-tanah bekas cangkulan itu pun berubah menjadi emas. Lelaki pencari rumput itu adalah Sunan Kalijaga.
Tidak merendahkan orang yang diberi merupakan salah satu adab dalam memberi. Selain itu ada banyak adab-adab memberi, antara lain sebagai berikut ini.
1. Sebaiknya dilakukan secara rahasia, agar lebih selamat dari riya, hingga seolah tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanan. (Alquran, Bukhari)
2. Pemberian yang utama adalah dalam keadaan sehat, kikir, takut miskin, dan sedang banyak memiliki cita-cita atau keinginan. Pemberian yang buruk adalah ketika ajal sudah dekat, ia baru menyedekahkannya. (Bukhari)
3. Barang pemberian yang paling utama adalah barang yang paling banyak manfaatnya. (Bukhari).
4. Jangan memberi sesuatu yang tidak kita sukai. (Alquran, Bukhari, Muslim, Ahmad)
5. Jangan memberi makanan yang kita tidak suka memakannya. (Bukhari).
Berkaitan dengan adab-adab memberi, dapat dirujuk secara lebih lengkap dalam buku-buku yang menelaah mengenai adab-adab memberi. Adab-adab sangat penting untuk diperhatikan, karena segala sesuatu yang dilakukan dengan adab yang benar, meski kecil niscaya akan berpahala besar.
Siapa pun Bisa Memberi
Apakah hanya orang kaya saja yang bisa memberi? Bagaimana dengan orang miskin, dengan apa dia bisa memberi untuk orang lain? Pertanyaan ini sering mendengung-dengung di telinga.
Bila orang kaya dapat memberi kepada orang-orang miskin dan para penganggur dengan harta dan usahanya, maka sebaliknya, ia bisa saja menerima balasan pemberian dari mereka. Dalam hal ini, memberi memiliki suatu pengertian yang luas, bahwa memberi tidak harus melulu berupa uang, barang, atau sesuatu yang bersifat fisik materiil. Namun, memberi dapat dilakukan dengan berupa sekecil apa pun kepunyaan: uang, barang, tenaga, dan jasa, bahkan senyum dan doa sekali pun!
Penulis pernah dinasihati oleh guru mengajinya, bahwa apabila ada orang lain/ tetangga yang sedang memerlukan bantuan, berikanlah bantuan! Sisihkan sedikit hartamu untuknya. Bila tak ada harta, sumbanglah dengan tenaga!
Dengan demikian, memberi bisa dilakukan oleh siapa saja. Seorang pengangguran misalnya, ia dapat memberi bantuan kepada tetangga yang sedang punya hajat besar dengan waktunya. Bahkan, seorang anak kecil pun juga bisa memberi, saat ia berbagi dengan kawan-kawannya sekantong permen atau cokelat. Begitu pula orang miskin, ia pun bisa memberi dengan doanya yang didengar. Atau, andai pun seorang yang sangat miskin berani memberi kepada orang lain meski dikatakan ia hanya memiliki sebutir kurma saja, maka oleh Allah swt akan akan ditiupkan perasaan kaya dalam hatinya. []