Catatan Akhir Agustus
Agustus memang selalu semarak. Bulan yang penuh keceriaan dan semangat baru. Untuk anak-anak sekolah, bulan Agustus menandakan mereka kini baru saja memasuki tahun ajaran yang baru. Mereka akan berangkat ke sekolah dengan semangat dan tekad untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dari tahun ajaran sebelumnya. Jika pada tahun sebelumnya mereka mendapatan prestasi bagus, mereka akan bertekad untuk meningkatkan atau minimal mempertahankannya. Sementara bagi mereka yang belum mendapatkan prestasi yang memuaskan pada tahun ajaran sebelumnya, mereka akan berusaha memperbaikinya dan mengejar prestasi kawan-kawannya. Tinggal kita jaga saja semangat mereka.
Selain itu, bulan Agustus juga semarak dan penuh semangat karena--tentu saja--pada bulan inilah segenap bangsa Indonesia akan memperingati dan merayakan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, yang pada tahun ini genap berusia 70 tahun. Usia yang untuk ukuran umur seseorang telah mencapai usia senja. Namun untuk ukuran perjalanan suatu bangsa tentu saja masih membutuhkan perjuangan yang panjang demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Amerika Serikat saja, pada kurun 70 tahun pertama sejak deklarasi kemerdekaan 4 Juli 1776, juga pernah dilanda perang sipil/Perang Saudara Amerika yang berkecamuk antara Utara dan Selatan. Hihihi.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk ikut berusaha mewujudkan cita-cita kemerdekaan, atau seperti dalam bahasa buku pelajaran yaitu mengisi kemerdekaan? :) Oh, bagi pelajar, tugas utama mereka adalah belajar dan belajar agar kelak menjadi pribadi-pribadi penerus bangsa yang cerdas. Bagi mereka yang bukan pelajar? Apa yang harus dilakukan?? Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru, pekerja, dokter, sopir, pulisi, pedagang, dan sebagainya? Mari kita renungkan dan kita akan mendapati jawaban kita masing-masing.
Nah, bagi saya, dalam lembar halaman ini, yang terpenting bagi kita sekarang adalah berusaha melakukan dan mewujudkan kebaikan-kebaikan. Jika yang kita lakukan semuanya merupakan kebaikan, akan datangkah keburukan? Sepertinya tidak. Yah, walaupun orang bilang kebaikan bagi seseorang belum tentu merupakan kebaikan bagi orang lain, bagi saya itu hanyalah persoalan itikad. Jika itikad dan niatan kita baik, insyaalloh baik juga hasilnya. Maka dari itu, tak ketinggalan perlu adanya toleransi dan upaya mewujudkan kerukunan bersama. Nanti hasilnya kita akan saling memahami satu sama lain, bisa berjalan seiring dan sejalan mewujudkan suasana yang nyaman, aman, tentram. Hihihi. Apa jadinya kalau banyak orang yang cerdas, semuanya ingin mewujudkan kebaikan bagi dirinya sendiri, akan tetapi tanpa dibarengi dengan toleransi dan kerukunan bersama?
Kembali kepada urusan kita masing-masing, bagi saya, yang sehari-hari berada di sekolah untuk menemani anak-anak, menjadi prioritas utama saya saat ini adalah bagaimana mewujudkan kekompakan dan kerukunan antarsiswa. Dalam lingkup paling kecil, mewujud di kelas yang saya pegang. Adalah kebahagiaan bagi saya melihat mereka bermain, belajar, dan tertawa bersama. Adalah sebuah keindahan melihat anak-anak yang rukun satu sama lain. Adalah kebanggaan melihat dan mendengar mereka berhasil mewujudkan cita-citanya. Di rumah, aku baru punya anak satu, yaitu Ilyas; sedangkan di sekolah, anak-anakku adalah mereka semua itu! :D