Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #3
rifanfajrin.com - Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #3
HIKMAH DIBALIK SEBUAH KEMATIAN
Tokoh
:
Ibu
Ratna
Firman
Dewi
Agus
Mbah
Jum
Istri
Firman
PANGGUNG MERUPAKAN SEBUAH RUANGAN YANG BERISI TEMPAT
TIDUR BERUKURAN 1 X 1,5 METER. TEMPAT TIDUR ITU BERUPA PAPAN KAYU DENGAN BERALASKAN
TIKAR. DI TEMPAT TIDUR ITU TERBUJUR KAKU TUBUH SEORANG LAKI-LAKI PARUH BAYA
YANG TUBUHNYA SUDAH DITUTUP DENGAN KAIN JARIK.
1.
Ibu : (SAMBIL MENANGIS HISTERIS DI SAMPING TEMPAT TIDUR) “Ya Allah…
Pak… bangun, Pak! Pak.. Bapak… jangan ninggalin Ibu sama anak-anak tho...”
2.
Ratna : (MEMELUK IBU) “Bu… Bapak udah nggak ada, jangan
dibangun-bangunin terus, kasihan Bapak. Bu, ikhlasin Bapak ya… Ibu sabar, biar
Bapak tenang disana… sekarang Bapak udah nggak kesakitan lagi.”
3.
Ibu : (SAMBIL MEMELUK BAPAK) “Pak, Ibu minta maaf
ya… Ibu sayang sama Bapak. Ibu Insya Allah akan menepati janji Ibu. Ibu akan
berusaha jadi Ibu yang baik buat anak-anak, Ibu akan selalu doain Bapak supaya
Bapak diterima disisi Allah.” (MENCIUM KENING BAPAK)
4.
Ratna : (MENENANGKAN IBU) Amin… Sudah Bu, ini udah
takdir Allah, Ibu sabar ya… Bapak jangan ditangisi terus, nanti Bapak nggak
tenang, malah ikut sedih kalau Ibu begini terus… Sabar ya Bu… sabar…”
5.
Ibu : “Iya, Na. Ibu udah ikhlasin Bapak. Ibu
pasrah, mungkin ini jalan yang terbaik buat Bapak. Bapak orang baik, semoga
kebaikan Bapak diterima disisi Allah…”
6.
Ratna : “Mbah… Mbah Jum.. Agus dimana?”
7.
Mbah Jum : “Mas Agus tadi pamit mau beli mori sama ngurus tanah
pemakaman.”
8.
Ratna : “Mbah, tolong bilangin sama Pak RT buat belanja
keperluan untuk pemakaman Bapak ya… nanti uangnya saya yang ganti.”
9.
Mbah Jum : “Iya, Mbak. Tadi Pak RT sudah kesini, mungkin sekarang
Pak RT ikut Mas Agus buat ngurus keperluan pemakaman Bapak.”
10.
Ratna : “Oh… makasih ya, Mbah.”
11.
Mbah Jum : “Mbah ke belakang dulu ya, Mbak. Mau ikut Bantu-bantu di
balakang.”
12.
Ratna : “Iya, Mbah. Nanti Ratna susul, Ratna mau
nenangin Ibu dulu.”
MBAH JUM KELUAR RUANGAN. TAK LAMA KEMUDIAN ORANG-ORANG
BERDATANGAN UNTUK BERTAKZIAH. TERDENGAR ALUNAN SURAT YASIN YANG DIBACAKAN. PARA
TAKZIAH DATANG DAN PERGI UNTUK BERBELA SUNGKAWA.
13.
Ibu : (BERADA DI SAMPING MAYAT BAPAK) “Na, mas Firman sama mbak Dewi
sudah kamu kabarin tho?” (DENGAN SUARA PELAN)
14.
Ratna : “Sudah, Bu. Mereka secepatnya bakal pulang kesini. Mas
Firman sama Mbak Dewi kaget waktu Ratna kabarin.”
15.
Ibu : Ya
Allah, moga-moga mereka berdua nggak bertengkar lagi seperti kemarin-kemarin…
kasihan Bapak kalau dengar mereka masih bertengkar gitu.”
16.
Ratna :
(MENGELUS PUNGGUNG IBU) Udah, Bu. Masa mas Firman sama Mbak Dewi tega ribut-ribut
pada waktu Bapak meninggal begini. Dimana perasaan mereka, sampai Bapak
meninggal masih ribut terus.”
17.
Ibu : “Ya,
semoga saja. Tapi Ibu takut kalau mereka tidak bisa nahan emosi. Kamu tau
sendiri tho waktu Bapak koma di rumah sakit saja mereka seperti anjing dan
kucing. Mereka masih ngrebutin rumah dan tanah Bapak yang ada di Jogja, padahal
waktu itu Bapak masih ada kok tega-teganya rebutan warisan Bapak. Sekarang
Bapak udah nggak ada, pasti mereka berantem masalah yang itu-itu lagi. Ibu
kasihan sama Bapak, nggak seharusnya Bapak meninggal dengan perasaan kecewa
sama kelakuan anak-anaknya.”
18.
Ratna :
(BERBISIK DI TELINGA IBU) “Udah, Bu. Nanti aja ngomongnya. Banyak orang, nggak
enak kalau mereka dengar.”
19.
Ibu : “Iya,
kamu bantuin ibu-ibu dibelakang sana ,
Ibu mau Yasinin sama doain Bapak dulu.”
20.
Ratna :
“Ya, Bu. Tapi Ibu makan dulu ya, dari kemarin di rumah sakit ibu belum sempat
makan, nanti kalau Ibu sakit gimana? Ibu makan ya… Ratna ambilin makan dulu ya…”
21.
Ibu : “Nanti
aja, Ibu belum pengen makan. Nanti Ibu pasti makan. Makasih ya Ratna. Oh ya,
adikmu Agus dimana?”
22.
Ratna :
“Tadi katanya mbok Jum, Agus lagi pergi beli kain kafan sama ngurus tanah
pemakamannya Bapak. Udah dari tadi kok,
Bu. Mungkin sebentar lagi pulang. Bu, keluarga Bapak dari Jogja sama Cirebon tadi telepon katanya masih dalam perjalanan ke Semarang . Teman-teman
Bapak juga sudah Ratna kabari.“
23.
Ibu : “Yawdah,
Bapak kan
dimakamin jam 1 siang, mereka mungkin sudah sampai kalau tidak macet di jalan.
Oh ya, nanti kalau Agus pulang, suruh dia makan ya, dari kemarin Agus kayaknya
belum makan. Kasihan dia, pasti capek bolak-balik terus. Kamu juga makan ya Rat,
jangan mikirin Ibu terus, Ibu nggak apa-apa.”
24.
Ratna :
“Iya, Bu. Nanti kalau Ibu butuh apa-apa panggil Ratna aja ya, Bu. Ratna mau
bantuin ibu-ibu di dalam dulu ya…”
25.
Ibu :
(MENGANGGUK) “Ya… Makasih ya Rat, kamu memang anak baik.” (IBU TERSENYUM)
SUASANA SEPI, RUANGAN KOSONG KARENA PARA
TAKZIAH SUDAH PULANG. IBU MAMANDANGI BAPAK DAN AIR MATANYA MENGALIR LAGI. IBU
TAK KUASA MENAHAN KESEDIHANNYA.
26.
Ibu : (MENANGIS) “Pak, selamat jalan ya, maafin Ibu kalau Ibu sering
berbuat salah sama Bapak. Ibu janji akan jagain anak-anak demi Bapak. Bapak
yang tenang ya disana, Ibu akan selalu doain Bapak. Ibu sayang sama Bapak, Ibu
akan berusaha nepatin janji Ibu sama Bapak. Ibu akan jadi Ibu yang baik buat
anak-anak.”
SESAAT KEMUDIAN FIRMAN DATANG BERSAMA ANAK DAN ISTRINYA.
MEREKA LANGSUNG MENDEKATI BAPAK. FIRMAN
TAK KUASA MENAHAN AIR MATANYA.
27.
Firman :
“Bapak, maafin Firman ya… Firman nggak ada di saat-saat terakhir Bapak. Maafin
Firman ya, Pak. “ (SAMBIL MEMELUK MAYAT BAPAK)
28.
Ibu : (MENGELUS
PUNGGUNG FIRMAN) “Sudah, Man. Bapakmu udah tenang disana, Bapak udah nggak ngrasain
kesakitan lagi, semua bebannya udah selesai.”
29.
Istri Firman :
“Iya mas udah, ikhlasin Bapak…(SAMBIL MEMEGANG TANGAN FIRMAN)
30.
Firman :
“Bu, maafin Firman ya, Firman anak durhaka. Firman udah buat Bapak sakit hati
disaat-saat terakhir hidupnya. Firman nyesel, Bu. Firman udah jahat sama Bapak,
maafin Firman…”
31.
Ibu :
“Bapak pasti maafin kamu, Firman. Di mata Bapak, anak-anak itu segalanya buat
Bapak. Bapak nggak pernah benci sama anak-anaknya. Kemarin sebelum meninggal, Bapak
titip pesen sama Ibu supaya kamu sama Dewi jangan berantem terus. Kamu sama
Dewi kan sudah dewasa, kalau ada masalah semuanya
kan bisa diomongin
baik-baik. Bapak sedih melihat kalian berdua berantem dan nggak pernah akur.
Itu pesen terakhir Bapak, jadi Ibu harap kamu baikan lagi sama adikmu Dewi ya.”
32.
Firman :
“Iya, Bu. Firman salah, Firman khilaf. Insya Allah Firman akan penuhi keinginan
terakhir Bapak. Bu, Ratna sama Agus dimana? Kok nggak kelihatan?”
33.
Ibu :
“Agus lagi ngurus tanah pemakaman Bapak, kalau Ratna lagi bantuin ibu-ibu
dibelakang bikin rangkaian bunga. Sekarang kamu sama istrimu doain Bapak dulu,
ambil air wudhu sana ,
trus Yasinan.”
34.
Firman : “Iya, Bu.” (BERDIRI DAN KELUAR RUANGAN)
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN DEWI DATANG. DIA LANGSUNG
MENGHAMPIRI BAPAK YANG TERBUJUR KAKU DIATAS TEMPAT TIDUR. DEWI PUN TAK KUASA
MENAHAN AIR MATANYA.
35.
Dewi : “Bu, Dewi… Maaf, Bu… Dewi bersalah sama Bapak… Dewi
belum sempat meminta maaf kepada Bapak… Bu, gimana caranya Dewi minta maaf sama
Bapak?”
36.
Ibu : “Sudah , Wi . Dari dulu Bapak juga sudah memaafkan
kamu. Bapak tidak pernah benci atau marah sama anak-anaknya. Bapak pasti sudah
maafin kamu. hidup barunya.”Sekarang kamu doain Bapak aja, supaya Bapak tenang
menjalani
37.
Dewi :
“Iya, Bu.” (SAMBIL MENANGIS DI PELUKAN IBUNYA)
TIBA-TIBA RATNA DATANG BERSAMA DENGAN FIRMAN.
38.
Ratna : “Mbak Dewi udah datang tho… Apa kabar mbak?”
39.
Dewi :
“Baik, Na. Agus mana?"
40.
Ratna : “Agus lagi keluar beli kain kafan sama ngurus tanah
pemakaman buat Bapak.”
41.
Firman : “Halo, Wi. Apa kabar?”
42.
Dewi :
“Tadi kan
Ratna juga udah tanya. Nggak denger apa? Ngapain sok ramah sama aku?”
43.
Firman : “Kamu kenapa sih, Wi? Ditanya baik-baik kok jawabnya jutek
kayak gitu.”
44.
Dewi : “Nggak usah sok ramah gitu deh… sok baik lagi… kenapa?
Biar dapat simpati dari Ibu ma adik-adik?”
45.
Firman :
“Dewi! Jangan cari masalah lagi deh… Kita semua kan lagi berduka kehilangan Bapak. Kamu
jangan memperkeruh suasana dong! Aku kan
niatnya baik menyapa kamu.”
46.
Dewi : (BERDIRI) “Lalu mau kamu apa? Jangan munafik deh! Aku
tau apa yang ada di pikiran kamu! Kamu pura-pura! Aku sudah tau kelakuan kamu
dan isterimu selama ini. Kamu sudah berencana menjual rumah dan tanah Bapak
yang ada di Jogja, iya kan ?”
47.
Ibu : “Udah tho, Wi. Jangan bertengkar terus dengan kakakmu, apalagi
di depan jasad Bapak. Kasihan Bapak kalau tau kalian masih saja bertengkar
begitu.” (DENGAN RAUT MUKA YANG SEDIH)
48.
Firman : “Dewi yang mulai duluan, Bu. Aku kan nanya baik-baik sama dia. Dia tu yang
nggak bisa jaga mulut.”
49.
Dewi : “Maksud kamu apa? Siapa yang nggak bisa jaga mulut? Mau
kamu apa? Mau aku bongkar semua kelicikan kamu selama ini? Hah?”
50.
Firman : “Kurang ajar ya kamu!” (INGIN MENAMPAR DEWI)
51.
Dewi : “Tampar aja! Tampar! Biar kamu puas! Akan aku bongkar
semua kelicikan kamu di depan Bapak. Ayo tampar! Tampar!”(MARAH DAN MEMBENTAK
SAMBIL MEMEGANG TANGAN FIRMAN, DAN MENGGERAKKANNYA)
52.
Ibu : (SAMBIL MENANGIS) “Sudah… Sudah…! Kalian berdua maunya apa?
Jangan membuat sedih Bapak. Kita ini lagi berduka, kalian malah bertengkar.”
SUASANA SEMAKIN MEMANAS. FIRMAN DAN RATNA SALING
MEMBENTAK, DAN KEMUDIAN AGUS DATANG.
53.
Agus : “Mas Firman, Mbak Dewi, kenapa tho? Tolong jangan
bertengkar sekarang. Apa mas dan mbak tidak punya perasaan? Kok tega-teganya
bertengkar di depan jasad Bapak. Tolong Mas.. Mbak.. biarkan Bapak tenang.”
54.
Ratna : “Iya Mas, Mbak, jangan bertengkar disini, tolong… Malu
dilihatin orang-orang…”
55.
Dewi : “Aku nggak peduli. Aku sudah terlanjur sakit hati. Biar!
Biar semua orang tahu kelakuan orang ini.” (SAMBIL MENUNJUK KE ARAH FIRMAN)
56.
Firman : “Adik kurang ajar ya kamu!” (MENAMPAR PIPI DEWI)
57.
Ibu : “Firman! Kamu ingat janji kamu pada Ibu?” (SAMBIL MENANGIS)
58.
Agus : “Mas! Sabar..” (SAMBIL MEMEGANG BADAN FIRMAN)
59.
Ratna : “Iya mas tolong sabar… Malu mas, malu…”
60.
Agus : “Iya mas, sabar… Kasihan Ibu Mas…”
TIBA-TIBA IBU JATUH PINGSAN. IBU TIDAK KUAT MENAHAN
PERASAANNYA. RATNA PUN BERLARI MENOLONG IBUNYA YANG SUDAH JATUH.
61.
Ratna : “Ibu…” (TERIAK RATNA)
62.
Agus : “Bu…” (BERUSAHA MEMANGKU IBU)
63.
Dewi : “Astaghfirullah…”
64.
Ratna : “Ibu kenapa bu…!”(SAMBIL MEMEGANGI IBU)
65.
Firman : “Bu… maafin Firman, Bu.”(SAMBIL MENANGIS)
66.
Dewi : “Maafin Dewi juga Bu…”(SAMBIL MENANGIS JUGA)
67.
Ratna : “Mas Firman dan Mbak Dewi puas? Puas? Karena ego kalian
Ibu jadi begini. Jasad Bapak saja belum dikuburkan, kalian masih saja
bertengkar. Kita semua sedang sedih, apalagi Ibu sangat kehilangan Bapak,
kalian malah tambah menyakiti hatinya.” (RATNA MENANGIS)
68.
Agus : “Sekarang, Mas Firman dan Mbak Dewi kalau masih mau
bertengkar, silahkan keluar dari rumah ini. Aku tidak mau Mas dan Mbak merusak
suasana.”(MEMEGANGI BADAN IBU UNTUK DIPANGKU)
69.
Ratna : “Bu…Bangun bu…”(SAMBIL MENGGERAKKAN BADAN IBU)
70.
Firman : “Wi, maafin Mas, mas nggak bermaksud menampar kamu. Mas
tahu, selama ini Mas salah, khilaf, Mas sadar kalau perbuatan Mas selama ini
salah, Mas menyesal. Tolong maafin Mas…” (MENANGIS)
71.
Dewi : “Mas Firman… Aku… aku…” (MEMELUK FIRMAN SAMBIL MENANGIS)
72.
Firman : (MASIH MEMELUK DEWI) “Maafin Mas ya, Wi. Mas bersalah banget
sama kamu, Ibu, Bapak, dan adik-adik. Maafin Mas… “ (MENCIUM KEPALA DEWI)
RATNA MEMBANGUNKAN IBU DENGAN MENCIUMKAN AROMA BALSEM KE
HIDUNG IBU. IBU PUN SADAR DARI PINGSANNYA.
73.
Ratna : “Bu… Ibu… sadar Bu…” (SAMBIL MENEPUK PIPI IBU DENGAN
PELAN)
74.
Ibu : “Ibu kenapa?” (DENGAN SUARA LEMAH)
75.
Ratna : “Alhamdulillah Ibu sudah sadar. Ibu tadi pingsan. Ibu
gimana sekarang keadaannya?”(TERSENYUM SAMBIL MENGUSAP AIR MATA )
76.
Ibu : “Ibu nggak apa-apa.”
77.
Ratna : “Ratna kan
udah ngingetin Ibu buat makan. Tuh kan …
Ibu pingsan… Ibu makan dulu ya… biar nggak sakit.”
78.
Agus : “Iya, Bu. Agus suapin ya…”
79.
Ibu : “Nanti aja, Ibu masih belum mau makan.”
80.
Ratna : “Ibu jangan begitu, kalau ibu sakit, kita semua jadi
sedih.”
81.
Firman : “Bu, gimana keadaan Ibu?” (MENDEKATI IBU)
82.
Ibu : “Ibu nggak apa-apa. Kamu jangan bertengkar lagi ya sama Dewi.
Ibu nggak kuat melihat kalian bertengkar terus. Apalagi di depan jasad Bapak.
Ibu sudah janji sama Bapak jadi Ibu yang baik buat kalian. Tapi jasad Bapak
kalian belum dikubur, Ibu sudah mengingkari janji Ibu kepada Bapak. Ibu tidak
bisa membuat kamu dan Dewi berubah. Kalian masih tetap saja bertengkar.”
(DENGAN SUARA PELAN DAN MENANGIS TERSEDU-SEDU)
83.
Firman : “Maafin Firman, Bu. Firman sudah baikan sama Dewi. Firman
mengakui semua kesalahan Firman. Firman minta maaf, Bu…” (SAMBIL MEMELUK
IBUNYA)
84.
Ibu : (MENANGIS) “Iya, Ibu sudah maafin kalian. Sudah… Ibu juga minta
maaf ya, kalau Ibu belum bisa jadi Ibu yang baik buat kalian semua..”
85.
Ratna : “Tidak, Bu. Ibu adalah Ibu yang baik, Ibu sayang pada
kami semua, kami yang salah, tidak bisa menghargai perasaan Ibu dan Bapak. Kami
yang salah, Bu.”
86.
Agus : “Bu, kami minta maaf, kami tidak bisa membahagiakan
Ibu, kami selalu menyakiti hati Ibu. Dosa kami banyak sekali pada Bapak dan
Ibu. Kami berjanji akan berusaha menjadi anak yang baik dan berbakti kepada
orang tua.”
87.
Ibu : “Sudah.. sudah, kalian jangan menyalahkan diri sendiri, Ibu juga
salah, Ibu sudah memaafkan kalian, mulai sekarang, kalian harus rukun, jangan
bertengkar lagi, jangan saling menjelekkan satu sama lain, bagaimanapun juga
kalian adalah saudara. Jadi Ibu harap kalian saling menyayangi satu sama lain.”
(MENANGIS)
88.
Firman : “Iya, Bu. Maafkanlah kami semua…”
89.
Dewi : “Bu, Dewi juga minta maaf. Dewi udah nyakitin perasaan
Bapak, Ibu, Mas Firman sama adik-adik. Maafin Dewi ya, Bu… Dewi janji akan
menjaga sifat egois Dewi, Dewi sayang sama Ibu…” (IKUT MEMELUK IBU)
90.
Ibu : “Alhamdulillah, ya Allah. Engkau telah membukakan pintu hati
anak-anakku. Semoga anugerahmu ini dapat aku jaga dengan sebaik-baiknya. Dan
semoga arwah Bapak diterima disisi-Mu ya Allah… Amin…”
AGUS DAN RATNA PUN IKUT MEMELUK IBUNYA. MEREKA SEMUA
TERBAWA SUASANA HARU DAN SEDIH.
91.
Ibu : “Bapak, Ibu janji akan menjadi Ibu yang baik buat anak-anak. Ibu
akan menjaga anak-anak sebisa Ibu.” (IBU BERKATA DI DEPAN JASAD BAPAK)
92.
Fiman : “Bapak, sebagai anak sulung, Firman berjanji akan selalu
menjaga Ibu dan adik-adik. Firman tidak akan menyakiti perasaan Ibu lagi,
Firman akan jadi kakak yang baik buat adik-adik Firman.”
- TAMAT -