Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #4
rifanfajrin.com - Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #4
AKHIR BAHAGIA
Suatu hari lahirlah seorang perempuyan yang sangat manis
dan pintasr. Dia bernama Melati, dia lahir dari seorang yang mampu. Ibu dan
bapaknya mempunyai cita-cita yang sangat tinggi, mereka ingin anaknya kelak
menjadi orang yang sukses. Mereka menyekolahkan Melati sampai ke Perguruan
Tinggi. Pada saat Melati akan memasuki bangku perkuliahan, Ibu dan bapak
bertanya,
Setting (di ruang keluarga, mereka melihat tv dengan acara gosip)
Bapak : Melati
.......
Melati : (Sambil
melihat tv) iya pak....
Bapak : Kamu
besok akan ambil jurusan apa?
Melati : (Keasyikan
melihat gosip) tidak tahu pak, msih bingung
Ibu : Melati....(sambil
menggelengkan kepala) kamu diajak berbicara sama bapak kok malah lihat tv terus
Bapak : Iya
tu, Melati tidak sopan!
Melati : (Lalu
dia duduk di sebelah bapak dan ibu) kenapa pak, bu?
Bapak : (dengan
wajah yang serius)
Kamu sebentar lagi akan
menduduki bangku perkuliahan, maka dari itu kamu harus sudah memilih bidang
yang kamu sukai.
Ibu : (sambil
mengelus rambut Melati)
Dan bidang itu harus
bermanfaat bagi masa depan kamu. Jangan sampai besok setelah lulus, kamu jadi
pengangguran.
Melati : (wajahnya
sambil
Sebenarnya Melati sudah
punya pilihan Bu, tapi apa bapak sama ibu menyetujuinya?
Bapak : Memangnya
apa pilihan kamu?
(lalu minum kopi yang ada
di meja)
Melati : Melati
ingin kuliah di bidang akuntansi.
(Melihat Ibu dan Bapak)
Bapak : Sebenarnya
bapak sama ibu menginginkan kamu kuliah di kebidanan, tapi jika kamu berniat
dan bersungguh-sungguh, ya tidak apa-apa. Iya kan bu?
Ibu : (Memandang
Melati)
Asalkan kamu mempunyai
tujuan dan keyakinan kenapa kamu memilih bidang itu! Melati, sekarang banyak
sekali pengangguran. Ibu sama bapak tidak mau kamu juga seperti itu.
Melati : (Melihat
bapak dan ibu dengan mata yang penuh keyakinan)
Melati janji sama bapak dan
ibu, Melati akan buktikan kalau suatu saat akan sukses dan berhasil
Ibu : Jangan
hanya janji ya nak? Tapi buktikan!
Melati : Iya
bu....
(Ibu,
Bapak dan Melati berpelukan)
Ibu dan Bapak percaya akan kemampuan putrinya. Sejak
Melati duduk di bangku SD sampai SMA, dia selalu jadi sang juara. Bapak dan ibu
Melati ingin melihat putrinya bahagia dan berhasil. Hari perma kuliah tiba,
Melati berdandan cantik dan sangat gembira. Bapak dan ibu sudah menunggu di
meja makan.
Setting (Rumah Melati, di ruang makan)
Ibu : (sambil menyiapkan alat-alat makan)
Melati.......Melati.......
Bapak : Sayang, cepetan turun
(duduk)
Melati : (Sambil turun tangga dan terburu-buru)
Iya pak,
bu...ni Melati lagi turun.
Ibu : (Mengambil nasi untuk Bapak)
Nanti
terlambat loh, sekarang kan hari pertama kamu masuk
Melati : Bu, tadi Melati bangunnya kesiangan.
Bapak : (Sambil makan)
Makanya kalau tidur jangan
malam-malam. Jadi anak cewek jangan malas-malas, nanti rejekinya dipatok ayam
loh....
(senyum...)
Melati : (sambil makan)
Emang
makanan, dipatok ayam?
Bapak : (senyum...)
Ibu : (senyum..)
Ibu, Bapak, Melati sudah
selesai makan. Mereka lalu menuju ke depan untuk berangkat
Bapak : Bu, kita berangkat dulu
(sambil
menggunakan jas)
Ibu : (Mencium tangan bapak)
Hati-hati
ya Pak
Melati : (Mencium tangan Ibu)
Bu, Melati
juga berangkat dulu ya...
Ibu : Iya nak, hati-hati di jalan
Jangan
lupa berdoa dulu, kalau ada apa-apa telepon yah?
Melati : Iya
(sambil
menganggukkan kepala)
Bapak dan Melati pun berangkat.
Mereka berangkat sama dengan mobilnya yang bagus. Sesampai di depan kampus,
Melati turun dengan sepatu putih, memakai rok dan baju atasan yang melekat di
badannya.
Melati : (sambil melambaikan tangannya)
Da...daa..Bapak
Bapak : (Melihat Melati dari dalam mobil)
Yang rajin
ya nak, hati-hati dalam segala hal
Melati : iya, pak
Melati berjalan dengan sangat
anggun dan rambut yang terurai panjang. Suasana di kampus sangatlah ramai
kampus adalah tempat yang sangat mengasyikkan. Melati berjalan dan mencari
kelas, akhirnya kelas yang dicari-carinya ketemu. Melati pun masuk, dan duduk.
Setting (di dalam ruangan)
Indah : Hai....
(sambil
senyum)
Melati : Hai juga....
(bingung
dan heran akan suasana kelas yang sangat ramai)
Indah : (Sambil menatapi Melati)
Boleh
kenalan ga?
Melati : (Sambil menggelengkan kepala)
Boleh...Namaku “Melati”
Indah : (senyum)
...Aku
“Indah”
Melati : (Bingung)
Kok ramai
banget ya?
Indah : (Melihat sekitarnya)
Maklum
aja, ini kan pertama kali kita masuk
Melati : (melihat teman-teman yang ada di ruangan)
Pak Agus : (masuk
ruangan)
Pagi anak-anak...
Anak-anak pun menjawabnya. Pak
Agus memperkenalkan diri, dia adalah dosen yang sangat disiplin. Tugas harus
dikumpulkan tepat waktu dan kalau ada yang terlambat tidak boleh masuk ruangan.
Pelajaran Pak Agus selesai, hari pertama banyak banget perkuliahan yang kosong.
Setting (di kantin, siang hari)
Melati : (sambil
duduk)
Hari ini banyak banget yang
kosong, ya ndah?
Indah : (sambil
minum)
Iya, ini kan pertama kali
kita masuk.
Ya gini deh...
Hari sudah sore, Melati pulang
dan ganti baju. Melati merasa capek dan tertidur di kamarnya. Malam harinya
mereka di ruang keluarga.
Setting (ruang keluarga, malam hari)
Bapak : bagaimana
kuliahmu Melati?
Melati : (sambil
lihat tv)
Ya, begitu pak...banyak
yang kosong
Malam sudah larut dan mereka
bersiap-siap untuk tidur. Suasana malam yang sangat sunyi dan banyak
kunang-kunang berterbangan. Pagi hari tiba, burung sudah berkokok. Melati masih
tidur dengan pulas.
Setting (di kamar Melati)
Ibu : Sayang, ayo bangun
Kamu kan
kuliah?
Melati : (bangun dan kaget)
Ibu, jam
berapa ini?
Ibu : jam 6
Melati : (dengan rambut yang berantakan)
Apa? Jam 6
pagi....ya ampun bu? Udah siang banget.
Melati bergegas mandi dan turun
untuk makan. Seperti biasanya, Melati berangkat diantar bapaknya. Sesampai di
kampus, Melati masuk ruangan dan perkuliahan dimulai. Begitu seterusnya. Pada
suatu hari Melati disukai oleh seorang mahasiswa tetapi semester atas. Hubungan
mereka pun sampai ke pelaminan. Dan pada akhirnya mereka mempunyai seorang
putri yang sangat cantik-cantik. Yang pertama bernama Dian dan yang kedua
bernama Safira. Dian adalah seorang gadis yang sangat nakal. Suatu hari Dian
pergi ke sekolah.
Setting (di ruang makan, pagi hari)
Dian : Mah, Dian berangkat dulu
(Berlari-lari
dan tidak pamit)
Ibu : itu loh pah, anak bapak yang dimanja.
(kesal dan
marah)
Bapak : (sambil berangkat ke kantor)
Anak itu
memang tidak sopan santun
Dengan wajah yang marah, bapak
Dian berangkat dan kejadian ini tidak terjadi hanya satu kali. Sering kali Dian
melakukan hal-hal yang tidak wajar dilakukan oleh anak SMA. Dian di sekolah
terkenal sangat nakal dan gais yang suka menghambur-hamburkan uang papah dan
mamahnya. Dian tidak pernah pulang tepat waktu dan selalu buat masalah di
sekolah. Pada suatu hari Dian dihukum karena mencontek, Dian dendam dan tidak
bisa terima. Karena Dian kaya dan usil, maka dia menyuruh seorang laki-laki di
kelasnya dan memberikan imbalan.
Setting (di sekolahan, siang hari)
Dian : (Sambil menepuk bahu)
Hai Anton,
ada pekerjaan buat kamu
Anton : (Menatap Dian)
Apa?
Dian : (sambil marah dan gelisah)
Aku ingin
kamu buat Pak Yuli malu dan tidak mengajar lagi
Anton : Apa?
(kaget)
Dian : (Menatap Anton)
Imbalannya
semau kamu.
Anton : Okey!
Tapi aku
tidak bisa kalau disuruh mengeluarin dia.
Dian : Tidak apa-apa
Berapa
yang kamu mau?
(menatap
Anton)
Anton : 2 juta
(matanya
melotot)
Dian : Okey, uangnya besok
(sambil
jalan)
Anton pun melaksanakan tugasnya
dan Pak Yuli telah dibuat malu. Kejadian ini didengar oleh kepala sekolah,
tidak ada yang berani mengatakan kalau yang melakukan itu Dian. Akan tetapi
pada saat Dian telepon ke Anton, mamah Dian mendengarnya. Mamah dan papah Dian
kaget dan marah. Mereka berusaha untuk menemukan jalan, bagaimana agar Dian
sadar.
Setting (Kamar tidur Mamah dan Papah Dian)
Papah : Mah, anak itu semakin kurang ajar sama kita.
Papah ingin dia sadar
Mamah : Pah, gimana kalau kita berpura-pura bangkrut
dan aku gila?
Papah : Apa?
Tapi itu
sangat tidak mungkin Mah?
Mamah : Selama
ini dia memanfaatkan kekayaan kita dan ini salah satu caranya
Papah Dian pun menyetujuinya
dan sepakat untuk tidak membocorkannya. Suatu hari datanglah petugas Polisi untuk
menyita semua kekayaan Papah Dian yaitu Pak Anggoro. Semua keluarga kaget,
apalagi Dian, dia tidak mau hidup miskin.
Setting (di dalam rumah)
Mamah : (Sambil mengelus Dian)
Dian kita
harus pindah dari rumah ini, ini bukan hak milik kita lagi.
Dian : (Sambil mukul-mukul bapak)
Papah
jahat, papah tidak mengerti perasaan Dian!
Papah : Dian kamu diam!!!
(Marah dan
menampar Dian)
Dian : Papah jahat.....papah jahat....
(sambil
menangis)
Mamah : Sudah....sudah!!!
Papah sama Dian memang keras kepala. Kalian harus sabar, Dian....kamu sama Fira
mamah tempatkan kalian di panti asuhan. Kalian mau kan?
(menangis)
Fira : Iya
mah
(Menangis)
Dian : Dian
tidak mau....
(menangis)
Mamah : Memangnya
kamu mau tidur di jalanan?
Dian : Di
hotel dong Mah
Papah : kita
sudah tidak punya uang lagi.
Papah sudah brangkut
(menangis)
Akhirnya Dian dan Fira
dititipkan di Panti Asuhan. Rumah kecil yang dipenuhi dengan keceriaan.
Orang-orang yang tinggal disitu adalah anak-anak yang sudah tidak punya orang
tua. Mamah pun menyerahkan Dian dan Fira kepada Mas Rudi.
Setting (di Panti Asuhan)
Mamah : De...saya titip Dian dan Fira disini, tolong
jagain mereka
(menangis)
Mas Rudi : Iya Mba, saya akan menjaga dan mendidik dia
dengan baik
Mamah : Makasih.
Assalamu’alaikum
wr. Wb
(berjalan
meninggalkan panti asuhan)
Dian dan Fira masuk kamar,
mereka satu kamar. Fira selalu mendengar apa nasehat mas Rudi. Akan tetapi,
Dian selalu membantah. Dian masih saja tidak bisa meninggalkan dunia yang dulu.
Dia selalu pulang malam dan mabuk.
Mas Rudi : Dian, kamu dari mana?
(muka
marah)
Dian : (sambil mabuk)
Apa urusan
kamu?
Aku mau pulang malam atau
pagi itu terserah aku, memangnya kamu siapanya aku?
Mas Rudi : (Menarik
tangan Dian)
Dengar ya Dian, kamu itu
tanggung jawab Mas. Jadi kamu harus mematuhi peraturan yang ada di sini!
Dian : Eh,
aku itu tidak mau mendengar kamu marah-marah terus!
(lalu pingsan)
Mas Rudi pun membawanya ke
kamar dan dia terus memandangi cewek cantik, seksi tapi sangat nakal.
Sampai-sampai orang tuanya tidak sanggup menjaganya. Pagi hari yang cerah,
anak-anak bersemangat ke sekolah.
Ema : Mas, kita berangkat dulu ya?
(Mencium
tangan mas Rudi)
Mas Rudi : Kalian hati-hati ya?
Sekolah
yang pintar, biar besok jadi anak yang berguna
Mereka pun berangkat ke
sekolah. Mas Rudi masuk dan sudah waktunya untuk pergi mengajar.
Mas Rudi : Ya ampun! Dian.....Dian
Kamu jadi
cewek malas banget !!
Bangun....bangun
Dian : Apa sih kamu!
Aku masih
ngantuk, aku mau tidur lagi!
Mas Rudi : Kamu tidak ke sekolah?
Lihat itu
adik-adik kamu, pagi-pagi udah pada rajin
Dian : Ah,
berisik banget! Eh, kamu itu tidak usah cerewet dan suka mengatur aku!!
(Marah-marah)
Mas Rudi : Dasar
anak-anak
(meninggalkan kamar dan
berangkat)
Lama kelamaan Dian semakin
melonjak, Mas Rudi merasa tidak sanggup. Ibu Hastuti selalu memohon kepada De
Rudi agar tetap berusaha. Dan pada akhirnya Ibu Hastuti berpura-pura gila.
Setting (Di kamar Dian)
Mas Rudi : Dian, ada hal penting yang harus aku
sampaikan.
(berwajah
bingung)
Dian : Eh,
kalau mau ngomong...ngomong aja, jangan seperti itu, seperti orang bingung!
Mas Rudi : Mamah
kamu masuk rumah sakit jiwa. Dia depresi....
Dian : Apa?
Tidak mungkin, Mamah itu
sehat. Tadi pagi aja aku bertemu dan kita mengobrol.
Eh kamu itu jangan
mengada-ada!
(marah)
Mas Rudi : benar
Dian, kamu itu jangan manja!
Kamu harus tegar dan
berikan semangat mamah kamu!
(marah-marah di depan muka
Dian)
Mas Rudi dan Dian pergi ke RSJ untuk
melihat ibunya. Rumah sakit yang dipenuhi orang-orang gila yang bisanya hanya
senyum-senyum, marah-marah dan diam.
Setting (Rumah Sakit Jiwa, siang hari)
Dian : Mamah, mamah kenapa?
Mamah
tidak boleh begini, Dian sama siapa nanti!
Dian tidak
punya siapa-siapa lagi!
Mamah : Kamu siapa?
(wajah
bingung)
Dian : Mamah, ini Dian mah.....
(menangis
dan memeluk mamah)
Mas Rudi : Dian, kamu yang sabar ya?
(memeluk
Dian)
Hari demi hari telah
dijalankan, Dian pun merasakan betapa susahnya hidup tanpa orang tua. Dian yang
sangat nakal dan tidak mau mendengarkan nasehat mas Rudi, kini sadar akan
kelakuannya. Bunga-bunga di taman sangat indah, Dian sangat menyukai bunga itu.
Setting (di taman depan panti asuhan)
Dian : (sambil menyiram bunga)
Ya ampun,
bunga sebagus ini tidak ada yang menyiram
Mas Rudi : Pagi Di?
Tumben
bangun pagi, ada angin apa?
(senyum)
Dian : Ada angin topan tadi!
(muka
cemberut)
Bangun
pagi salah?!
Mas Rudi : Mas juga seneng melihat kamu seperti ini.
(senyum)
Hari yang cerah, tidak ada
angin dan hujan. Dian tiba-tiba berubah dan mulai rajin. Anak-anak di panti
merasa aneh, tidak percaya dan senang. Apalagi Fira, kakak yang diimpikan
akhirnya kesampaian.
Setting (di Panti)
Fira : Mas, makasih ya? Akhirnya kakakku sadar
Ini semua
karena usaha Mas Rudi
Mas Rudi : Fira (sambil mengelus)
Ini sudah
menjadi kewajiban mas dan berkat usaha kalian juga.
Akhirnya
tugas aku selesai.
Fira : Maksud Mas Rudi?
(bingung)
Mas Rudi : Sebenarnya ini adalah rekayasa semua.
Mamah dan papah kamu ada di
Jakarta. Mereka dalam keadaan baik-baik. Mereka hanya ingin Dian berubah, Mamah
dan Papah kalian tidak sanggup mendidik Dian. Makanya mereka menyerahkan kalian
ke Mas Rudi. Tapi kamu jangan bilang ke Dian ya?
(muka serius)
Fira : ya
ampun mas, benarkah semua itu?
Aku senang dan kecewa mas,
Fira kasihan kepada Mba Dian
(menangis)
Mas Rudi : Tidak
apa-apa, yang penting mba Dian berubah
Insaya Allah besok mas
nemui Mamah dan Papah kalian.
Akhirnya tugas Mas Rudi
selesai, dia merasa puas dan lega. Ini tugas yang terberat, tapi apa yang
terjadi? Mereka merasa ada rasa yang tumbuh. Mas Rudi menemui kedua orang tua
Dian dan Fira. Mereka pun merasa senang dan akan menjemput putri-putrinya.
Setting (di Panti Asuhan)
Mas Rudi : Dian, lihat siapa yang datang?
Dian : Siapa mas?
(keluar
dari kamar)
Tidak
mungkin, Mamah, Papah....Apakah aku mimpi?
Mamah : Tidak nak, ini kenyataan.
(menangis)
Sebenarnya Mamah dan Papah
berpura-pura bangkrut dan gila. Ini semua semata-mata hanya ingin melihat kamu
berubah. Mamah sudah tidak sanggup mendidik kamu.
Papah : Maka
dari itu kita lakukan ini Di.
Dan sekarang kamu telah
berubah
Dian : Papah
sama Mamah jahat
Tega membiarkan Dian
tersiksa
(Marah dan menangis)
Papah : Sayang, maafin kami
Tapi semua
ini buat kebahagiaan keluarga kita
Mas Rudi : Dian,
kamu harus ngerti. Papah dan Mamah kalian sangat tersiksa dengan sikap kamu
yang dulu. Makanya mereka melakukan semua ini. Kamu yang ngerti ya?
Mereka akhirnya bisa menasehati
Dian dan keluarga Dian sekarang utuh. Dulu keluarga adalah tempat untuk
bertengkar, sekarang tidak ada lagi kata bertengkar. Mereka bersatu dan
akhirnya keluarga Dian harmonis. Berkat Mas Rudi, keluarga mereka bersatu dan
pada akhirnya Mas Rudi dan Dian bertunangan.