Ayo Menulis Cerpen! [Materi Pelatihan Menulis Cerpen Siswa SD Labschool Unnes]
Catatan ini bersumber dari materi pelatihan yang saya sajikan dalam Pelatihan Menulis Cerpen yang diikuti oleh siswa-siswi SD Labschool Unnes pada Maret 2017 lalu.
Pelatihan tersebut merupakan inisiatif dari Humas SD Labschool Unnes, Mister Dika Prestama, sebagai rangkaian program Penerbitan Buku Cerita Pendek karya siswa-siswi SD Labschool Unnes.
Alhamdulillah. Dari kegiatan ini, akhirnya terbit juga Buku Kumpulan Cerpen Tak Semanis Cokelat karya siswa-siswi SD Labschool Unnes.
Adapun pengantar untuk buku ini ditulis oleh sohib saya, Rahmat Petuguran, dengan judul "Keindahan-Keindahan di Balik Kesederhanaan ~ Pengantar Kumpulan Cerpen Siswa-Siswi SD Labschool Unnes "Tak Semanis Cokelat".
Berikut ini Materi Singkat Pelatihan Menulis untuk Siswa SD yang saya kasih judul....
"Ayo Menulis Cerpen!"
Dalam kesempatan ini, saya sajikan langkah-langkah menulis cerpen, step by step, sesederhana mungkin, dalam bentuk slide-slide presentasi sebagai berikut.
Bagaimana Mendapatkan Ide?
Salah satu kendala kita tidak kunjung mulai menulis cerpen adalah tidak punya ide untuk ditulis. Kita bingung mau nulis apa. Pada akhirnya kita hanya menghabiskan waktu dengan menatap layar/lembar kosong.
Padahal ide atau yang bisa disebut juga dengan gagasan itu bisa kita dapatkan dari mana saja. Secara sederhana, ide bisa didapatkan dari persoalan-persoalan di sekitar kita. Bisa juga didapatkan dari pengalaman, baik pengalaman diri kita sendiri maupun pengalaman orang lain.
Kita memang harus jeli menangkap ide yang "berkeliaran" di sekitar kita itu. Sastrawan Hamsad Rangkuti bisa menulis cerpen gara-gara suatu hari dia melihat penjambretan. Kemudian peristiwa tersebut dia kembangkan menjadi cerpen yang keren.
Contoh lain adalah sastrawan kelahiran Kendal bernama Ahmadun Yosi Herfanda. Dia menulis cerpen berjudul "Sebutir Kepala dan Seekor Kucing". Ide cerita tersebut dia dapatkan dari sebuah pertunjukan sulap/ilusi yang memisahkan satu anggota tubuh dari tubuhnya dan menyambungkannya kembali.
Mengembangkan Ide
Sudah dapat ide untuk menulis cerpen? Kalau sudah, kita perbanyak membaca. Membaca apa saja. Bisa koran, buku, majalah, dan lain-lain. Terutama yang berkaitan dengan ide cerita yang hendak kita tulis.
Seorang penulis yang jarang membaca, dia tidak akan punya banyak bahan untuk dia tuliskan. Hasil tulisannya pun akan kering.
Setelah itu, kini saatnya untuk mengembangkan ide tersebut dengan cara membuat draft atau kerangka karangan.
Apa pentingnya membuat kerangka karangan? Untuk pemula seperti kita, kerangka karangan sangat membantu kita untuk membangun jalan cerita.
Nanti kalau kita sudah mahir, kita tidak perlu menyusun kerangka karangan lagi, karena pada saat itu "kerangka karangan/cerita" sudah otomatis tersusun di dalam otak kita. Bahkan sebelum mulai menulis, penulis yang mahir itu sudah punya gambaran bagaimana ceritanya dan bagaimana akhir ceritanya.
Sebagai contoh yang sederhana, perhatikan ilustrasi berikut:
Bonggo adalah seorang anak yang arogan,nakal, suka jahil terhadap teman.
Maka kita bisa membangun cerita terhadap persoalan tersebut. Kita tulis cerita tentang bagaimana agar dia kena batunya, bagaimana agar dia jera, sadar bahwa menjadi anak nakal itu adalah sesuatu yang buruk.
Contoh Kerangka Karangan yang Sederhana
Untuk memudahkan proses tersebut, kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kita jawab sendiri.
Misalnya, Bonggo anak nakal. Mengapa dia nakal? Apa sih yang menyebabkan dia nakal?
Oh, ternyata sebabnya antara lain adalah dia anak tunggal. Karena dia anak tunggal, dia sering dimanja oleh orang tuanya. Apa saja keinginannya pasti dipenuhi. Misalnya seperti itu.
Lalu, kita punya gambaran bagaimana penyelesaiannya, yaitu bagaimana agar Bonggi menyadari kesalahannya tadi.
Misalnya,
Penyelesaian pertama dengan cara: Bonggo menjadi sadar dan tidak nakal lagi setelah pada suatu hari dia jatuh terpeleset dan tangannya patah. Teman-teman yang sering menjadi korban atau sasaran kenakalan Bonggo bukannya menjauhi Bonggo tetapi malah datang menjenguk Bonggo. Teman-teman datang menghibur Bonggo dengan membawa hadiah, dan mendoakan agar Bonggo lekas sembuh. Hal itu membuat Bonggo insyaf dan sadar.
Penyelesaian Kedua, dengan cara: Ada seorang murid baru bernama Tomi. Bonggo menjahili Tomi yang merupakan anak baru tersebut. Tapi ternyata Tomi jago beladiri karate. Tomi lebih hebat daripada Bonggo. Meskipun begitu, Tomi tidak sombong. Bonggo yang kalah dari Tomi pun akhirnya malu dan menyadari kesalahannya selama ini.
Penyelesaian-penyelasaian tersebut hanyalah contoh. Kita boleh memilih cara penyelesaian yang mana saja yang kita inginkan.
Mulai Menulis! Action!
Satu hal penting di sini adalah KITA HARUS PERCAYA DIRI, bahwa kita bisa! Jika orang lain bisa menulis cerpen, maka mengapa kita tidak bisa?!
Hilangkan perasaan atau ketakutan bahwa kita tidak bisa atau tidak pandai menulis!
Kita sudah punya ide, sudah punya tujuan atau gambaran cerita. Maka tunggu apa lagi? Segeralah mengambil media untuk menulis, bisa kertas dan pena, komputer, laptop, atau HP kita. Pokoknya jangan sampai ide kita tadi terlalu lama disimpan. Ide bisa cepat menghilang. Atau, lebih parah lagi, mood atau semangat kita untuk menulis juga hilang.
Selanjutnya, curahkan atau tumpahkan gagasan-gagasan yang ada dengan menulis cepat. Apa yang ada di dalam kepala, segeralah tuliskan! Jangan sampai ada yang tertinggal.
Jangan khawatir, kita bisa mengedit tulisan kita nanti.
Menutup Cerita dengan Happy Ending (Penyelesaian yang Menyenangkan)
Sebisa mungkin kita menulis cerita yang happy ending, penyelesaian yang menyenangkan. Meskipun sebenarnya boleh-boleh saja kita membuat penyelesaian yang menyedihkan (sad ending).
Yang saya maksud dengan happy ending adalah kita harus menyampaikan pesan atau amanat yang baik kepada pembaca, bahwa
"Kejahatan akan selalu kalah oleh kebaikan."
atau moral cerita yang lain, misalnya "Berteman jauh lebih menyenangkan dan indah daripada bermusuhan."
Akhir yang menyedihkan adalah misalnya tokoh yang baik pada akhirnya gugur atau kalah oleh kejahatan-kejahatan yang merajalela. Dalam kehidupan nyata, hal itu sudah jamak terjadi.
Maka, di dalam cerita yang kita tulis sendiri, ubahlah keadaan yang menyesakkan tersebut. :)
Bagaimana Agar Cerita Menjadi Lebih Menarik?
Ada banyak cara agar cerita yang kita tulis menjadi menarik. Salah satu caranya adalah dengan mendeskripsikan tokoh dengan detail. Hal ini kita lakukan agar cerita tidak monoton.
Contoh sederhana:
Di sekolahku, ada seorang anak bernama Bonggo. Rambutnya sedikit keriting. Hidungnya cukup mancung dibandingkan dengan teman-temanku di sekolah. Badannya tegap dan kuat. Sayangnya, Bonggo mempunyai sifat yang menyebalkan. Dia sering bersikap ingin menang sendiri.
Bagaimana Agar cerita menjadi menarik? Buatlah Kalimat yang bervariasi!
Selain mendeskripsikan tokoh, untuk membuat cerita menjadi lebih menarik adalah dengna cara membuat kalimat yang bervariasi. Cerita akan membosankan bila seluruhnya berisi kalimat tidak langsung. Dan sebaliknya, bila seluruhnya berisi kalimat langsung, tampaknya juga kurang menarik.
Kita bisa membuat variasi misalnya sebagai berikut:
Ada sebuah kalimat tidak langsung seperti ini:
Sambil menangis, Poppy mengadu kepada Ibu Guru bahwa Bonggo telah mematahkan pensil warna merah muda kesayangannya.
Bentuk kalimat tidak langsungnya adalah sebagai berikut:
"Bonggo mengambil pensi saya dengan kasar dan nggak tahu kenapa, tiba-tiba dia mematahkan pensi itu, Bu," kata Poppy kepada Bu Guru sambil terisak. Sesekali dia mengusap hidungnya yang basah, dan sudut matanya yang berlinang air mata.
Saya pernah Menulis Cerita Anak di Koran
Setelah kurang lebih satu jam saya bicara di depan anak-anak SD Labschool Unnes, rasanya kok tidak afdhol kalau tidak memberi mereka satu contoh cerita anak.Maka saya pun menunjukkan cerpen saya yang pernah dimuat Koran Sore Wawasan pada tanggal 20 April 2008. Judulnya "Rini dan Celengan Barunya." Saya juga bilang ke anak-anak, bahwa menulis di koran itu honornya lumayan, bisa untuk beli bakso! :)
Penutup
Naah, agar saya tidak dituduh jarkoni, iso ngajari ora iso nglakoni, bisa mengajar tapi tidak bisa menjalaninya sendiri, maka saya pun tidak mau kalah sama anak-anak. Saya juga menulis satu cerpen untuk buku tersebut. Judulnya "Sepeda Motor Bapak".
Foto (bukan) pencitraan. No Picture, Hoax! :) [by Dika Prestama]
|
Demikian sedikit catatan dari saya yang sangat-sangat sederhana ini [:sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai sangat-sangat kurang, bahkan tidak layak, hehehe]. Semoga bermanfaat. Aamiin.